Publikationsserver der Universitätsbibliothek Marburg

Titel:Kebudayaan dan Perkembangan Ekonomi - Suatu Penelitian Empiris Lingkungan Budaya dan Kemampuan-kemampuan Wiraswasta di Tanah Papua, Indonesia (Nugini Barat)
Autor:Müller, Martin
Veröffentlicht:2013
URI:https://archiv.ub.uni-marburg.de/es/2013/0006
DOI: https://doi.org/10.17192/es2013.0006
URN: urn:nbn:de:hebis:04-es2013-00067
DDC: Wirtschaft
Publikationsdatum:2013-11-25
Lizenz:https://rightsstatements.org/vocab/InC-NC/1.0/

Dokument

Schlagwörter:
economic development, Entwicklungsökonomie, Papua, Erfolgsmotiv, cultural environment, Kultur, achievement motive, Indigenes Volk, Indonesien, Entwicklungslogik, Dani, Brat, Wirtschaftse, Kemtuk, Unternehmerausbildung, unternehmerische Fähigkeiten, entrepreneurial abilities, Provinz Papua, kulturelle Umwelt, Unternehmer, Schumpeter

Zusammenfassung:
Penelitian ini berfokus pada alasan-alasan unsur-unsur budayawi yang menyebabkan posisi pinggiran orang pribumi Papua dalam ekonomi modern di tanah Papua di Indonesia. Titik berangkat teoretis karya ilmiah ini adalah logika perkembangan Schumpeter dan teori pembangunan Röpke yang berdasarkan kepada logika tersebut. Data-data empiris dikumpulkan melalui angket di tiga daerah pedesaan Papua, yaitu daerah kelompok etnis Maibrat, Kemtuk, dan Dani. Di daerah-daerah penelitian ini terutama diusahakan pertanian dalam rangka usaha keluarga dengan orientasi subsistensi yang kuat. Usaha pertanian ini ditandai oleh penguasaan kecil lingkungan alamiah dan oleh produktivitas yang rendah. Masyarakat berorientasi pada partikularisme dan pada budaya rasa malu. Kebanyakan unsur lingkungan budayawi kelompok-kelompok etnis yang didiskusikan berakibat menghambat pada kegiatan wirausaha dan perkembangan ekonomi itu sendiri. Unsur-unsur tersebut terdiri dari hubungan dengan Allah yang mekanistis, tidak langsung, rituil-manipulatif, yang dipengaruhi oleh animisme; dari derajat tinggi kecurigaan terhadap orang yang bukan anggota marga besar; maupun dari prinsip persamaan yang kuat sifatnya. Prinsip ini menyebabkan akumulasi kekayaan untuk tujuan-tujuan pribadi menjadi tidak diterima oleh masyarakat, mengakibatkan paksaan untuk membagi kekayaan, dan menghasilkan suatu prinsip anti-surplus. Solidaritas sosial terhadap marga besar yang terlalu kuat membuat marga besar menjadi perangkap untuk perkembangan ekonomi. Sifat-sifat kebanyakan kemampuan wiraswasta yang didiskusikan hanya mendukung kegiatan-kegiatan wirausaha dengan perkembangan ekonomi dalam skala kecil. Karena gagasan-gagasan tentang penciptaan kekayaan dan kesejahteraan yang dipengaruhi oleh animisme, ”locus of control” internal dikurangi dengan jelas. Terdapat lebih banyak keinginan untuk keselarasan daripada untuk otonomi. Para responden menahan diri pada kesediaan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Kemampuan yang jelas untuk mengantisipasi peluang-peluang di masa depan terdapat hanya sedikit. Inovasi-inovasi hampir tidak dapat diterapkan, apabila ada perselisihan dengan generasi orang tua atau dengan tradisi. Peluang-peluang baru yang muncul karena kontak-kontak dengan lingkungan budaya asing hanya dimanfaatkan secara minimal. Bukti dari daerah Dani menunjukkan, bahwa hanya adanya kemungkinan-kemungkinan pemasaran sendiri tidak secara otomatis menyebabkan orientasi pasar. Inovasi-inovasi hanya diterima secara sangat selektif dengan tujuan melengkapi atau melindungi kebudayaan sendiri. Kecenderungan konsumtif terdapat pada kesediaan untuk menunda konsumsi. Otoritarianisme, motif afiliasi, dan motif mendapatkan pengakuan bersifat dominan. Apa yang berlaku adalah suatu ekonomi prestise yang hampir tidak bertujuan membawa perkembangan ekonomi. Motif keberhasilan (harapan atas keberhasilan sebagai sebagian motif prestasi) hanya terdapat sedikit di ketiga daerah penelitian. Namun hasil-hasil penelitian untuk daerah Maibrat dan Kemtuk mendukung peranan sentral motif keberhasilan pada perkembangan ekonomi. Unsur-unsur budayawi yang berbeda-beda, di antaranya poligini (suatu bentuk poligami), menghambat pembentukan motif prestasi pada individu-individu. Para pengusaha hampir tidak mendapatkan prestise dan penghargaan dalam masyarakat. Melihat keberadaan nyata kemampuan daerah-daerah penelitian untuk suatu perkembangan ekonomi maka perkembangan ekonomi yang benar berarti hampir tidak dapat diharapkan. Agar dapat perkembangan ekonomi yang dilaksanakan oleh orang Papua sendiri maka diperlukan pengurangan tuntutan-tuntutan marga besar bersama dengan perubahan kebudayaan yang luas, yaitu transformasi masyarakat. Dalam hal ini etika Kristen memainkan peranan penting dengan juga memungkinkan revitalisasi budayawi. Selanjutnya diperlukan sistem pendidikan yang memperhatikan bahasa-bahasa ibu atau daerah dari kelompok-kelompok etnis Papua. Selain itu diperlukan usaha pengembangan pengusaha kecil yang berorientasi secara spesifik pada kebudayaan setempat.


* Das Dokument ist im Internet frei zugänglich - Hinweise zu den Nutzungsrechten